3 Filosofis Hidup

/ November 24, 2013 /
Ini adalah filosofis hidup yang tadi sempet kepikiran selama boker.

Jorok, Chey.

IYAJOROKBANGETIHMASAMIKIRINHALGINIANPASBOKERMATIAJALO.

Terserah, karena aku lagi menderita writer's block yang tampaknya kayak STD aja sembuhnya nggak ilang-ilang, langsung nulis aja.

1. Hidup ini Jalan

Life's a bitch. Kata anak-anak barat alay di facebook. Hidup itu jalang kata mereka. Hidup berusaha tampil cantik habis-habisan, memikatmu, merayumu, tapi nggak lama kemudian hidup akan memborgol tanganmu, mencercamu habis-habisan, berkata dengan bahasa pelaut, menjambak rambutmu, bilang kakimu bau dan ibumu gendut. Hidup itu jalang karena dia memainkan banyak orang dan terkadang dia bohong, tapi dia lebih suka jujur dan bilang rambutmu mirip genderuwo.

Tapi mereka salah. Hidup itu jalang. Hidup itu JALAN.

Hidup adalah jalan panjang. Road never ends. Hidupmu adalah perjalanan panjang. Journey never ends. Hidup adalah jalan nggak beraspal dan kamu adalah sepeda gunung yang melewatinya. Di atas jalan itu, batu batu dan kerikil mungkin masuk ke jari-jari banmu dan itu rasanya nggak enak banget (tau darimana nggak enak, coba?) Sifatmu, keras atau mudah ditaklukkan, adalah ketebalan pelekmu. Hidup adalah jalan dan saat kamu jadi roda  di atasnya, kamu tahu bukan nggak mungkin kerikil mengganggu.

Tapi selama pelekmu masih tebal, kamu tau kamu bisa berputar.


2. Hidup ini Pertunjukan

 Kamu adalah pemain tanpa script. Dan hidup ini panggung pertunjukan tanpa backstage. Di hidupmu kamu adalah pemeran utama, di hidup beberapa orang kamu pemain pembantu, dan di hidup yang lain kamu cuman figuran. Dan siapa sutradaranya? Tuhan. Agak religius banget kalo uda nulis kata Tuhan. Tapi.. admit it, Dia sutradara sekaligus penonton. Dan yang bisa kamu lakukan? Cuma berimprovisasi dengan baik.

Bahkan kamu rancu tentang mana batas antara naskah pertunjukan dan improvisasi. Kamu rancu tentang apakah drama ini bakalan sukses atau nggak. Kamu bahkan nggak tau gimana scene selanjutnya dan kamu nggak selalu bisa berekspresi dengan bagus atau pakai diksi pilihan.

But at least, it's your show and you can't be more real than you've and you'll ever be.


3. Hidup bukan sesuatu yang disertai buku instruksi

Ini adalah kesimpulan dari tulisan ini:

Terkadang hidup memberimu pilihan dan seringkali nggak ada yang tahu atau akan memberitahumu mana pilihan yang nggak tepat. Lalu kenapa kalau kamu buat kesalahan? Hidup bukan rangkaian perbuatan yang disertai instruksi manual. Dan saat hidup memberimu lemon yang asam, buat satu gelas sari lemon dicampur cuka dan satu sloki tequilla, lalu buat hidup meneguknya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 I'm mostly tired., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger