image source from here |
A/N : A piece of some stories. Another pointless scratch by me. Not scratch, actually. Those are unstructure story maybe. Want to write some fictions but have nothing except some inspirational songs. So, I wrote these words and just.. posted it. These wont be legit or sweet or something. Idk, I feel like an idiot. Just read, k?
**)
Kesunyian malam adalah kawannya saat bulan tak menjawab ketika ia bertanya tentang misteri gema-gema kehidupan yang makin hari makin membelitnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang arahnya pun tak ia pahami. Desir angin yang membujuk anak-anak rambutnya berbisik pelan, menyeru pada bulu kuduknya untuk berdiri, namun ia tak goyah oleh seruan-seruan untuk segera bergelung di peraduan dan membeku. Ia meracau tak jelas dan memanggil-manggil nama yang tak nyata, namun kerinduannya gamblang terpantul dari setiap kata-kata yang keluar tanpa disaringnya, nada harap yang menyayat dan air muka yang jernih meneriakkan kalimat tanya tentang kepergian kasihnya. Seseorang di balik bulan yang terdiam, ia merindukannya.
-Inspired by: Talking To The Moon, Bruno Mars
**)
Pagi ini pahit seperti secangkir penuh air berwarna keruh dalam mug putihnya. Ia mendesah. Bau kopi sangat khas dan seseorang tak pernah tahu betapa ia ingin membenci aroma itu. Ia duduk di dekat jendela memandang daun-daun astoria yang berembun dan bertanya-tanya sejak kapan hidupnya berubah menjadi begitu tidak masuk akal. Ia menelan tegukan kopi pertamanya dan merasa aneh, seperti jatuh ke dalam guci di ujung pelangi. Dongeng bilang, ada berkilo-kilo emas, berkantung-kantung kebahagiaan dan bercangkir-cangkir keajaiban di lubang ujung pelangi itu. Namun meneguk kopi ini seperti mengingat seseorang yang jauh, rasanya seperti melongok dalam guci itu dan tak menemukan apa-apa selain perasaan ingin masuk lebih dalam. Seperti perasaan seorang pecandu yang sedang sakau. Ia gila. Seraut muka yang sedang tersenyum lebar muncul dan ia merasa lebih buruk. Ia menegak kopinya lagi dan membuang separuh sisanya ke dalam wastafel. Wajah yang muncul dalam kepalanya tadi seperti kopi, terlalu banyak candu di dalamnya.
-Inspired by: Caffeine, Yoseob Yang (BEAST)
**)
Pemuda itu dulu adalah kedinginan. Kedinginan itu dulu seperti bongkahan es seluas sepuluh kilometer persegi, mengambang di tengah-tengah dinginnya Laut Artik di musim dingin. Tidak ada cahaya matahari dan kehangatan disana. Kedinginan itu memancarkan kata-kata asing dan jauh seperti kesulitan dan penyiksaan. Warna putihnya adalah warna tak acuh, tak begitu meminta untuk diperhatikan dan sendirian. Namun perlahan dan entah bagaimana, bongkahan es itu mencair--bukan, lebih tepatnya pecah dan menguap menjadi butir-butir kecil salju yang turun dari ketinggian. Ada sedikit ruang disana dan rasanya menyenangkan. Sekarang wajah pemuda itu juga berubah seiring es yang terbelah. Perubahannya terlalu cepat dan tiba-tiba, namun menyenangkan. Sekarang pemuda itu adalah salju yang membawa kedamaian dan kepuasan, meski dengan cara yang berbeda. Pemuda itu adalah definisi kehancuran yang membangkitkan.
-Inspired by: Cry, Mandy Moore
**)
0 komentar:
Posting Komentar