Staring

/ Desember 06, 2014 /
You caught me staring,
but I caught you staring back.


And then you smiled.

--

Dengan topi snapback terbalik dan gitar tergantung di punggung, dia menengadah menatap langit. Menyaksikan kembang api dan tersenyum.

Itu, sih, yang orang lain lihat. Hal lain lagi yang mereka lihat adalah dia memakai kaus berwarna hitam dengan gambar jangkar putih di bagian depannya, dengan jaket abu-abu. Memakai celana jeans berwarna gelap yang sedikit lusuh, dan sneaker vans berwarna hitam juga. Hal lain yang mereka lihat adalah dia tersenyum--lebar. Dengan mata seperti anak kecil yang melihat tipuan sulap untuk pertama kali.

Itupun, kalau orang lain sempat lihat.

Yang aku lihat--bukan bermaksud sebagai stalker yang kurang kerjaan--dia berdiri disana dengan pandangan puas. Wajahnya senang. Kalau kau lihat dia tersenyum lebar saat mendengar ujian trigonometri dibatalkan, itu bukan wajah senang seperti itu. Kalau kau lihat matanya bersinar saat dia mendapati orang lain mau mendengar musiknya setelah dipaksa-paksa, itu juga bukan mata bersinar seperti itu. Aku berdiri lima puluh meter darinya dan aku seperti mendengar isi suaranya--dan dia bahkan tidak sadar ada aku.

Tidak apa-apa. Toh, dia hanya bakal mengingat aku cuma gadis yang sekelas dengannya di satu mata pelajaran. Dia tidak akan mengingat aku sebagai gadis cantik setengah mati yang ditemuinya di sekolah atau gadis jenius yang bisa mengira-ngira kecepatan roket untuk bisa mencapai Uranus.

Lihat dia, sendirian. Sambil memasukkan tangannya ke saku celana dan terus menengadah. Kembang api meledak-ledak dan ia terpesona. Mungkin, dia suka kembang api seperti aku suka pada kata-kata. Tak apa, kembang api sebesar ini dan selama ini hanya ada sekali setahun, biarkan dia menikmatinya walau senang di wajahnya juga terlalu berlebihan. Berlebihan, karena yang menggambarkannya aku. Tak ada yang membuat aku bisa menampakkan wajah gembira seperti itu, sepertinya.

Dengan satu gerakan dia menolehkan kepalanya.

Aku.

Menatap.

Dia melihatku.

Aku?

Aku melihatnya--dan dia melihatku? Matanya membesar, alisnya naik. Kembang api meledak-ledak.
Mungkin, mungkin, dia mengingatku juga.

Lalu dia tersenyum.


end.



a/n: Well. Hai.
Untuk kesekian kalinya menyesal karena jarang posting. Maklum laaah mahasiswa, harus lebih sibuk dari dosennya.. :p
Walaupun bukan fanfiction (karena enggak menyertakan satupun tokoh, kejadian, atau latar belakang cerita) yang berhubungan dengan idola (jijik banget sih kata idola tuh sebenernya kaya "Idola gue banget Raffi Ahmad sama Gigi.. bwehh) dan ini adalah fiction standar yang ga sempet diperhitungkan jumlah kata, genre dsb.
Udalah. Pusing. Byeee~ Ga jelas banget kan.

1 komentar:

{ Unknown } on: 29 Januari 2015 pukul 04.11 mengatakan... Balas

keren banget...

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 I'm mostly tired., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger