[CHAPTERED] Destruction / Part 1

/ Juli 08, 2013 /
Infinite Myungsoo centered; 996 words; Chaptered; Angst, Hurt, Family

Part 1


They--and you, mostly--probably always came up with idea that I'm a strong, arrogant, heartless woman. The part of it used to be so right. Back then, in fact, if I was what they think I am, I wouldn't keep you here, My Myungsoo. I wouldn't jailed you in this hell they dare called home. Instead, I'd let you free. Walk among big cities, filled with sunshine, fulled of attention and affection--something I could never give to you.

But believe me Myungsoo, I truly love you. You are the most beautiful creatures God ever sent to me. I'm sorry I'm disappointed you sometimes. Can't help but being the only person I know.

I do love you,
Your Mom





***

(i)

Seandainya semua perasaan yang pernah terekam dan terkecap harus ditegaskan dalam bentuk kata-kata, Myungsoo tahu harus bagaimana. Ia punya jalan sendiri dengan bagaimana frasa-frasa dan kalimat-kalimat harus dibentuk sedemikian rupa meskipun ia tidak pernah dapat pelajaran literatur khusus di SMA. Kata-kata adalah kumpulan huruf yang terselip di belakang buku bekas catatan akutansi dan matematikanya semasa SMP. Bila pikirannya dianalogikan sebagai langit, maka kata-kata bukanlah awan yang menggantung dan bergerak pelan-pelan disana, namun tetesan hujan yang akan segera habis, tumpah, dan jatuh ke selokan bila tidak segera ditadahi.

Dan khusus untuk wanita itu, Myungsoo juga punya kata-kata yang tepat.

Ia tidak menyukainya. Bukan membenci. Hanya tidak menyukai.


(ii)

Pemuda itu mengambil kaus dari tumpukan teratas lemari bajunya. Sebenarnya, itu bukan lemari. Hanya sebuah boks kayu usang yang lapuk dan kayunya dimakan rayap di beberapa bagian sehingga kadang Myungsoo tidak tahan untuk melihatnya. Dan itu bukan tumpukan baju. Hanya beberapa kain usang yang dijahit sekenanya di perusahaan konveksi yang membuang beberapa hasil gagal mereka, diobral di garasi belakang pabrik dan hanya dikunjungi beberapa orang yang menganggap hasil gagal mereka saja sudah lebih dari cukup.

Kim Myungsoo menapaki tangganya pelan-pelan, ia benci semua hal yang berderik. Selangkah keluar dari kamarnya saja, bau rokok menguar dimana-mana. Dan bau alkohol. Dan bau kopi. Dan bau telur yang gosong. Myungsoo selalu datang dengan ide bahwa sembilan belas tahun kehidupannya, ia selalu berteman dengan bau-bau seperti ini. Ia pernah membaca buku tentang seorang wanita yang tergila-gila pada bunga lilac, dan seorang pria menghadiahkan parfum dengan wangi lilac "...yang sangat mengagumkan" dan membuat wanita itu "...tercium memabukkan." Namun Myungsoo lebih hafal mana bau bourbon dan mana bau tequilla, daripada mana bau lily dan mana bau aster.

Ia mengambil telur yang gosong dari pan penggorengan. Omelet yang tidak terlalu mengembang karena minyaknya terlalu sedikit.

Lalu ia menghela nafas dan mengambil duduknya.

Ia mengecap bagian yang gosong yang pahit dari telur itu tanpa terlalu banyak berpikir. Begitu pula saat ia meneguk kopi paginya yang kekurangan gula atau mungkin tertuang tanpa gula sama sekali. Pada saat tertentu, Myungsoo berpura-pura dirinya adalah pasien rumah sakit yang alergi pada permen kapas dan lolipop sehingga ia tidak akan terlalu keberatan dengan semua panganan pahitnya.

Myungsoo mendongak, menatap sekilas sosok yang terhuyung-huyung menuju kamar mandi. Seorang wanita dengan bibir kisut karena terlalu banyak menghisap rokok dan tubuh yang kering. Wanita dengan kaki kotor dan pergelangan tangan yang kecil. Wanita itu memberikan sekilas pandangan pada Myungsoo sebelum melirik ke piring Myungsoo yang telurnya tinggal separuh.

Wanita itu seseorang yang dipanggilnya ibu--meskipun ia jarang harus menggunakan kata itu.


(iii)

Jika hari ini adalah hari yang cerah, maka Kim Myungsoo akan duduk di tepi jendelanya dan menatap satu dua orang yang berlalu menapaki gang kecil dan rusuh di sebelah rumahnya dari kamarnya di lantai dua. Ia akan mengambil pensil dan bukunya, lalu menuliskan sesuatu tentang puisi. Ia tidak tahu bagaimana ia berakhir dengan kata-kata. Ia selalu menyukainya, bagaimana ia bisa menuliskan tentang segala sesuatu seperti menarik benang dari ujung ke ujung, memutarnya sedikit, lalu menyimpulkannya pada titik yang tepat. Ia menikmati guyuran sinar matahari di atas kertasnya yang kuning, atau warnanya yang pernah jadi putih setidaknya dahulu.

(Karena penerangan yang cukup adalah sesuatu yang tidak ia dapatkan saat hari muram atau malam tiba.)

Dan jika hari ini adalah hari yang mendung, maka Myungsoo lebih suka meringkuk di sudut kecil kamarnya. Jika hujan turun, ia menikmati bagaimana titik-titik air itu menerjang kacanya, membuat kaca itu bersih pada satu sisi. Baginya curah hujan adalah musik dan ia berharap ia ada disana, basah karena air yang turun dari ketinggian. Namun lagi, Myungsoo hanya diam dibalik kain-kain lebar yang bahkan tidak hangat namun akan ia sebut selimut.

Apapun yang sedang ia kerjakan, dan bagaimanapun cuaca hari itu, ia akan tetap berada di kamarnya. Di ruangan miliknya, hal paling besar yang ia miliki dan orang lain tidak boleh mengklaimnya.

Disana ia punya dunia sendiri. Ia menciptakan, membangun, menumbuhkan setiap inci dari partikel-partikel dirinya di ruangan kecil itu.


(iv)

Ibunya adalah patung berjalan.

Myungsoo juga sering berandai-andai bahwa mungkin ia tidak akan kesepian jika seseorang menghadiahkan dirinya sebagai seorang 'teman.'

Kata itu terkadang memukul Myungsoo seperti sebuah palu yang hendak membuat sebuah besi bengkok. Tidak, ia cukup berani mengatakan ia tidak punya teman. Hidupnya adalah sebuah sinonim dari kesepian. Ia tidak pernah punya seseorang untuk menyapanya pada pagi hari atau menemaninya makan siang saat ia duduk di bangku sekolah. Myungsoo paham. Jika ia bukan dirinya, dan bertemu dengan seorang dirinya, ia pun tidak akan menyukainya, apalagi menjadikannya teman. Ia bukan tipe orang pintar, humoris, menyenangkan, menyebalkan, suka tertawa, suka menuntut, idiot, ramai, unik, atau apapun.

Ia hanya... bukan apa-apa.

Mungkin akan menyenangkan baginya mempunyai seseorang seperti ibu. Namun ibunya bukan seperti seorang ibu. Wanita itu mungkin hanya menganggap Myungsoo seperti Myungsoo menganggap wanita itu, seorang patung berjalan. Myungsoo hidup 24/7 bersamanya selama sembilan belas tahun namun ia selalu merasa seperti berjalan dan bertemu dengan seseorang asing saat ia keluar kamar hanya untuk menyantap sarapan dan makan malamnya. Ia merasa seperti tidak sengaja bertemu dengan orang-orang umum yang tidak sengaja ia temui di depan etalase kaca sebuah toko baju atau di pedestrian kota yang pikuk.

Ia hampir tidak mengenal perempuan itu.

Ia tidak merasakan aliran gen atau DNA yang sama--atau itu hanyalah ia yang terlalu bersikap scientific.

***



a/n: 996 words worth count daaan... apaan sih dibuat chaptered. Bikin oneshot aja juga bisa kali, chey.
Bukan karena bisa dibikin oneshot tapi anggep aja syukuran karena Demi Tuhaaaan *gaya Arya Wiguna* uda lama banget nggak ada ide buat nulis fanfiction

I'll write 2nd part soon but until then, I consider to take this as a big gift. From me. To myself. /crack/
Whatever folks, I love yah! And if you're reading this, you're awesome. <3

5 komentar:

{ Amanda Azalia Choiri } on: 9 Juli 2013 pukul 20.40 mengatakan... Balas

Oke, as always komen pertama. Apa aku harus bilang 'pertamaxx'? #enggak

Akhirnya.. akhirnya akhirnya akhirnyaa, Sheilaa comeback(?)
Fanfiksinya semacam moodboster karena hari ini EXO udah goodbye stage dan heey, udah denger belum Infinite ada album baru? Kekeke~

Ditunggu ya second partnya, habis itu baru komen :'D

{ sheila } on: 9 Juli 2013 pukul 20.54 mengatakan... Balas

@Amanda Azalia Choiri: Haha. Kita bikin blognya jadi Kaskus ya.
Ehem *serius* Makasih man :') You don't know how much this means to me! Infinite bikin album baru yang syuting di Universal Studio apa yang mana itukah?

Hehe. Tau kan ini author males jadi second partnya... secepatnya kalo Mr. Ide lagi baik.
Makasih lagi yaaa, Manda :D

{ Amanda Azalia Choiri } on: 9 Juli 2013 pukul 22.11 mengatakan... Balas

Justru itu.. sebenernya aku mau tanya album barunya itu yang mana? Haha. Kapan hari sempet lihat dan ditawarin juga sih buat beli albumnya, cuma masih galau mau beli itu apa yang lain (...)

Ah! Tuan Ide, datanglah yang cepat ya, soalnya.. fanfiksi itu nanggung banget ceritanya. Datang yang cepat ya, Tuan Ide. :D

Ehe.. ini kenapa jadi spamming komen ya? Maaf ya, Shel. Lagi ngutak-atik (...) *sungkemin*

{ sheila } on: 10 Juli 2013 pukul 22.17 mengatakan... Balas

@Amanda Azalia Choiri: Aku juga nggak tau nih... hehe maafin ya, Man :3 Eh uda denger kan Infinite mau konser di MEIS Ancol demiapa tanggal 31 Agustus? Arrgggg.

Haha iya semoga si ide yang cakep cepet dateng. Doain aja yaa, do'a orang teraniaya, eh orang baik cepet dikabulin :D

{ Amanda Azalia Choiri } on: 11 Juli 2013 pukul 06.50 mengatakan... Balas

Udah tahu... dan dunia enggak adil banget. Timingnya habis lebaran gitu... ahahaha. Nanti kita galau-galau lagi ya (...)

Doa orang teraniaya... kita teraniaya lho, Shel.. gak bisa nonton konser apa-apa, cuma bisa streaming :')

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 I'm mostly tired., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger