[ONESHOT] The Double-Ice-Cream-Date

/ Februari 02, 2013 /

The-Double-Ice-Cream-Date
Oneshot; Chaesoo-Jaera couple (OC); Romance, Fluffy; AU, OC



"Kurasa ini tidak penting dan tidak perlu diberitahukan. Tapi, apa kau ingat aku pernah bilang aku menyukai seorang pria bernama Lee Dongsoo yang suka menginjak tali sepatuku dan suka bermain bola sembarangan di hallway? Well, kutarik omonganku."

Suatu hari di musim panas di bulan Juli, Chaerim dan Hyunra duduk di pojokan toko ice-cream yang menanam beberapa pohon birch di depan trotoarnya. Mereka berdua duduk dengan nyaman. Chaerim  mengenakan setelan blus musim panas berwarna putih, birkenstock berwarna coklat kayu, dan Hyunra sendiri mengenakan kaus katun berwarna biru muda dan celana jeans pendek.

Hyunra menghentikan sendokan banana split yang sudah sampai di depan mulutnya. "Kau. Bercanda.  Iya, kan?"

"Sayangnya tidak." Chaerim mendesah dan mencebik kecil.

"Tapi kenapa? Kalian berdua sudah saling menyukai dan kukira kalian berdua sudah sampai ke tahap dimana kalian, well, seperti.." Hyunra menggantung kalimatnya dan memilih memainkan sendok ice-creamnya. Chaerim tertawa.

"Seperti sampai pada tahapmu dan Jaeyoung?"

"Yah, aku tidak bermaksud seperti itu. Hanya saja kurasa kalian sudah cocok. Sudah dekat. Kenapa  tiba-tiba bilang seperti itu?"

"Dia tidak menyukaiku, Hyunnie." Chaerim menjawab pendek dan datar.

"Oh, yang benar saja, Chaerim-ah." Hyunra tertawa. "Kau butuh kacamata, ya?"

"Aku benar-benar tidak peduli pada hal ini. Tapi kemarin aku melihatnya berdua dengan seorang gadis di pameran seni sekolah. Kelihatannya mereka dekat. Kesimpulannya? Mereka saling menyukai. Kesimpulannya lagi? Mereka akan segera jadian. Kesimpulan akhir? Aku yang akan dibuang."

Park Hyunra tersenyum kecil sambil mengulum es krim yang mencair di dalam mulutnya. Hawa dalam toko es krim dengan pendingin ruangan lima belas derajat celcius ini rupanya sama panasnya seperti udara di luar. Ia hanya diam dan menatap Chaerim yang mengoceh tentang betapa-tidak-kerennya-Lee-Dongsoo atau betapa-konyol-Chaerim-berpikir-ia-pernah-menyukai-pemuda-itu. Hyunra mengangguk-angguk dan mengerutkan keningnya pada beberapa kalimat Chaerim yang terdengar seperti sarkasme di telinganya.

"Jangan sampai kau menyesal mengatakan hal-hal seperti itu, oke?"

Chaerim menaikkan alisnya. "Kau pikir aku bercanda? Atau aku tidak sungguh-sungguh? Dia membuatku gila. Malam kemarin aku duduk sendirian di meja belajar, berpikir bagaimana bisa aku menyukai pemuda yang bahkan jarang bicara padaku, dan sekalinya bicara dia akan menyebalkan. Bagaimana bisa aku tertarik pada pemuda yang rambutnya lusuh, seragamnya keluar-keluar, dan tidak bisa bicara Bahasa Inggris. Bagaimana bisa aku bahkan berpikir untuk melihat dua kali pada pemuda seperti itu! Ia bahkan tidak tampak seperti aktor drama. Dan yang paling menggangguku, dia suka membaca komik anime Jepang dan minum milkshake strawberry. Bayangkan! Dan orang aneh itu suka berjalan malam-malam sendirian ke taman bermain dan bermain ayunan disana--aku bukan mengikutinya, dia yang mengajakku waktu itu!"

"In denial." Hyunra menjawab pendek.

Mata Chaerim melebar. "A-apa?"

"Kau sungguh-sungguh mengenalnya, ya?"

**)

"Kamsahamnida. Lain kali main-main lagi, ya!"

Dongsoo terduduk di meja resepsionis gallery Daegu yang besar dan selasarnya berlorong-lorong. Gallery seni sekolah menengah atas Daegu adalah yang terbaik di antara lima distrik utama di Korea Selatan, dan tahun lalu memenangkan penghargaan untuk "Penataan Terbaik" dan "Karya Seni Terbaik" untuk level sekolah menengah. Awalnya dulu, Dongsoo hanya iseng-iseng mendaftar jadi pengurus gallery, toh ia adalah big fan dari aliran impresionisme.

Tapi dirasanya, lama-lama melelahkan juga. Ia juga harus siap memberikan tour pada murid-murid atau tamu yang ingin berkeliling ke Gallery seni Daegu dan mengenalnya lebih jauh.

"Hari yang berat, hah?" Seorang pemuda dengan rambut sedikit panjang berwarna deep brown tertawa dan suaranya menggema di antara langit-langit tinggi Gallery.

Dongsoo mengangguk. "Biasa, akhir minggu memang selalu begini, Captain Kim."

"Em-hmm." Kim Jaeyong, ketua dari persatuan murid penyelenggara Gallery menggeleng. "Jangan sebut-sebut nama konyol itu."

"Baiklah, Cap-eh, Boss Kim maksudku." Dongsoo menjulurkan lidahnya dan tertawa sejenak.

"Ngomong-ngomong, kau sudah ada rencana untuk akhir minggu?"

"Ya, seperti olahraga. Menyewa DVD dan menontonnya dua hari berturut-turut. Membeli es krim rasa coklat kacang dan hazelnut sebanyak dua lusin. Makan ayam panggang buatan Bibi Jun sehari penuh di hari Sabtu. Pergi ke Starbucks."

"Hebat, bung." Jaeyoung terkikik. "Beritahu aku kalau kau sudah masuk Unit Kesehatan jika terjangkit gejala obesitas."

Dongsoo mencebik. "Kau sendiri? Ada rencana?"

"Tentu saja. Di Jumat sore aku akan pergi ke Bioskop dengan Hyunra, lalu mengajaknya makan malam di rumahku. Sehari penuh pada hari Sabtu, kami akan pergi ke Lotte World. Minggu pagi aku akan mengajaknya bersepeda dan siangnya kami akan beli es krim."

"Tidak terlalu jauh beda dengan jadwalku. Sama-sama nonton film, makan, dan ada es krim."

Jaeyoung menggeleng dengan wajah usil. "Bedanya, aku nonton film, makan, dan membeli es krim dengan pacarku. Sedangkan kau sendirian."

"Haha. Jaeyoung-ah, kau jahat juga."

"Kau sendiri mengerikan. Kelas dua di SMA dan tidak punya seseorang untuk diajak nonton film dan makan es krim bersama. Itu terdengar mengerikan bagiku. Bukan berarti prioritasku nomor satu, namun kurasa pemuda sepertimu tidak tahan bila tidak punya kekasih."

"Masalahnya bukan itu," Dongsoo menggumam dan beranjak mencangklong ransel hitamnya. "Eh, Captain Kim, aku pulang duluan ya! Rasanya aku ingin menghabiskan akhir mingguku lebih awal."

"Dongsoo-ya, berhenti memanggilku Captain Kim!"

**)

Toko musik "Blast The Tone" yang terletak di kawasan prestisus Gangnam, menghadap ke arah Nam Tower dan beberapa meter di sebelah utaranya mengalir Han River, mempunyai beberapa kebiasaan unik menjelang akhir minggu. Toko musik itu akan memilih tiga album dengan jumlah penjualan paling tinggi di setiap minggu, memutar semua lagu dari ketiga album itu, lalu menjejerkannya di tangga kemenangan seperti di kejuaraan marathon olimpiade. Album teratas akan diberi pita berwarna emas, diberi tulisan "Album of the Week". Album kedua diberi pita biru, dan album ketiga diberi pita warna putih. Entah apa yang membuatnya menarik, tapi yang jelas, penempatan posisi seperti chart lagu itu sering menarik perhatian pejalan trotoar dan bahkan tidak jarang beberapa orang batal membeli CD yang akan mereka beli, karena lebih tertarik untuk membeli album yang tersedia di chart tiga album itu.

Chaerim berdiri disana. Menimang-nimang album teratas dari tumpukan, dengan pita emas tertempel di atasnya. Itu album of the week minggu ini.

"Kau."

Chaerim berbalik. "Aku?"

Seorang pemuda dengan rambut acak-acakan, kacamata dorky berwarna hitam lebar, berdiri di samping kaca toko musik dan Chaerim hampir tertawa melihatnya. Ini sudah petang, matahari sudah hampir terbenam, dan Dongsoo, pemuda itu masih mengenakan kacamata hitam favoritnya. Dia kira ini pantai? Dasar genit! Dalam hati, Chaerim sebenarnya kagum juga bagaimana kaus putih, hoodie biru tua, celana jeans, dan jelas kacamata hitam itu membuat Dongsoo terlihat seperti artis baru kena skandal.

Dongsoo melepas kacamatanya. "Hey, bumi memanggil Chaerim!"

Dan ia suka cara pemuda itu mengucapkan namanya.

"Apa? Kenapa kau ada disini?"

"Kenapa aku ada disini?" Dongsoo mengerutkan kening. "Karena aku mengikutimu sepanjang hari. Karena aku adalah stalker yang menunggu di depan pagarmu dan diam-diam berjalan di belakangmu tanpa kau ketahui."

Chaerim menahan nafas.

"Yaaa, tentu saja karena aku ingin membeli CD di toko musik ini, bodoh!" Dongsoo tertawa renyah dan Chaerim merasa baru saja ditampar oleh spatula panas. Iya, tentu saja dia disini karena ingin membeli CD musik atau film baru. Pertanyaannya barusan memang terkesan seperti menuduh Dongsoo disini karena dia.

Betapa bodohnya. "Kau akan membeli album ini?" Dongsoo merebut CD di tangan Chaerim. "Kebetulan sekali, aku juga ingin beli."

"Tumben sekali kau membeli lagu-lagu jazz romantis seperti itu. Akan menghadiahkannya pada seseorang, ya?"

Dongsoo berpura-pura berpikir dan menimbang-nimbang. "Hmm.. seseorang? Contohnya?"

"Contohnya, gadis di pameran seni kemarin, mungkin." Chaerim memancingnya.

"Ah, gadis yang mana?"

"Ya ampun, dasar kau playboy, Lee Dongsoo!" Chaerim menggeram dan gadis itu tidak habis pikir bagaimana seorang pemuda bernama Dongsoo yang wajahnya pas-pasan itu bisa melupakan gadis cantik yang berdiri begitu dekat dengannya beberapa hari lalu seperti gadis itu bukan apa-apa. Sok tampan sekali dia!

"Memangnya kenapa? Oh, gadis kemarin itu.. ya, aku akan menghadiahkan kaset ini untuknya."

Dongsoo menimang-nimang album itu dengan kagum seakan-akan cover kaset itu adalah kaca tahan misil.

"Itu bagus." Komentar Chaerim dengan suara kering.

Karena tidak, sebetulnya itu tidak bagus. Seberapapun menyebalkan dan tidak kerennya Dongsoo, setidaknya, Chaerim tidak berharap pemuda itu akan repot-repot membuang uangnya untuk gadis itu. Dan benar. Yang dipikirkan Chaerim itu benar--kecuali mungkin bagian tidak kerennya Dongsoo karena, well, Chaerim tidak bisa berpikir jelas dan rasional apabila ada di dekatnya. Tapi memang kenapa jika Dongsoo ingin membelikannya kaset itu? Toh, tidak selalu berarti Dongsoo menyukai gadis itu.

Bisa saja, gadis di gallery seni itu hanya titip padanya.

Atau tidak.

"Bumi memanggil Chaerim--lagi!"

Chaerim tersentak. "Apa lagi, sih? Sudah, aku mau membeli kaset CD ini."

"Untuk apa? Biar aku yang beli, nanti kita dengarkan isi lagunya bersama-sama."

"Apa? Dengar ya, memangnya aku tidak cukup menyedihkan untuk mendengarkan lagu-lagu romantis bersama sepasang kekasih yang baru saja jadian? Aku tidak setolol itu, terimakasih."

"Sepasang kekasih? Siapa bilang? Nanti kita dengarkan berdua--kau dan aku."

"Lalu gadis itu?" Chaerim menahan marah. Dongsoo benar-benar ingin mempermainkannya seperti bidak-bidak catur yang bisa diputar kemana-mana, hanya saja permainan Dongsoo tidak ada  peraturannya.

"Itu hanya pikiran dari seorang gadis yang sedang cemburu. Aku hanya akan mendengarkan isi lagu dari album ini bersama gadis yang kusukai. Jadi, maukah kau mendengarkannya bersamaku?"

"Ma-maksudmu kau.. Kau tidak-"

"Ayo kita bayar. Aku akan beli film juga. Nanti hari Sabtu kau mau kan datang ke rumahku? Kita nonton film dan mendengarkan album ini sama-sama. Lalu kita bisa pergi membeli es krim kalau kau mau, dan nanti kita-"

"Hey!" Chaerim membentak keras dan melipat lengannya. "Apakah itu berarti kau mengajakku untuk.. semacam.."

"Kencan?" Dongsoo menaikkan bahunya. "Kalau kau menganggapnya begitu. Jadi, maukah kau?"

Chaerim menunduk kecil. Lalu ia mendongak dan mengangguk pelan.

Dongsoo menatapnya tidak percaya. "Apakah itu artinya iya?"

Gadis itu ikut-ikutan menaikkan bahu. "Kalau kau menganggapnya begitu."

**)

"Hyunni!"

Seorang gadis bernama Hyunra, sedang berdiri di depan kounter sebuah toko es krim. Ia menoleh saat seseorang memanggilnya.

"Chaerim-ah? Kebetulan sekali!" Hyunra tertawa kaget. "Sedang apa disini? Mau beli es krim?"

"Ya."

"Wah, aku baru saja datang dengan Jaeyoung. Dia menunggu di meja kedua dari belakang, di dekat jendela sana."

"Hyunra-ya, sebenarnya.. aku juga datang dengan seseorang."

"Benarkah?" Hyunra menoleh-noleh sejenak seakan mencari seseorang. Ia menutup mulut dengan telapak tangan. "Oh, Ya Tuhan! Sudah kuduga. Kubilang juga apa."

Chaerim meletakkan jari telunjuk kanannya di depan mulut. "Ssst. Jangan keras-keras." Lalu mereka berdua cekikikan dengan pelan.

"Nah, kan? Kubilang dia menyukaimu."

"Kau tidak pernah bilang begitu."

"Sebenarnya aku MEMANG pernah bilang begitu, secara tidak langsung. Kenapa kau tidak langsung meneleponku setelah dia mengajakmu kencan?"

"Jangan menyebutnya kencan, aku jadi geli." Chaerim tersenyum nakal. "Dia baru mengajakku kemarin. Jika tidak bertemu denganmu disini, pasti nanti malam aku akan meneleponmu segera."

Di ujung meja kedua dari belakang, di dekat jendela, seorang pemuda tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya pada seorang pemuda lain yang duduk santai sambil memainkan ponsel.

"Hey, Captain Kim! Tidak kuduga akan bertemu disini!"

Suara keras pemuda itu membuat Chaerim dan Hyunra menoleh seketika. Tampak Dongsoo dan Jaeyoung sudah ngobrol bersama dan Hyunra segera menarik ujung lengan kaus Chaerim.

"Jadi, kita double-date?" Hyunra menggodanya.

"..dan sekali lagi kuingatkan, jangan memanggilku Captain Kim lagi, Dongsoo-ya.."

Chaerim mengangguk dan tersenyum. "Kalau yang itu sudah pasti."


-END-

6 komentar:

Anonim on: 2 Februari 2013 pukul 07.53 mengatakan... Balas

aaaaa ><
terbang.. lalalalala :D
keren chaerim-a !! serius. ini keren ^^
bahasanya tuhh... seperti biasa, chey selalu bisa ngedapetin feel si reader (?)
keren banget sumpah ._.v
cara dongsoo nembak chaerim tuh sesuatu banget tau enggak?
apalgi double date >< aww... itu manis ^^

{ sheila } on: 2 Februari 2013 pukul 08.04 mengatakan... Balas

@parkhyunra204: hyunni! makasih, nggak nyangka responnya :3 :*
penggambaran Jaera-nya cukupkah?

{ Reene Reene Pott } on: 3 Februari 2013 pukul 05.20 mengatakan... Balas

Chaerim sama Dongsoo kayak pasangan bolot ya huakak #duar (jangan tanya kenapa aku berpikir seperti itu) Tapi entah kenapa aku suka baca yang dua-duanya OC seperti ini (?) lucu aja gitu.
Aku suka pas Dongsoo gangguinChaerim di toko CD. Rasanya gimana gituh huakak.
Sukaaa. Keep writing ya XD

{ sheila } on: 4 Februari 2013 pukul 04.01 mengatakan... Balas

@Reene Reene Pott: apaa? pasangan apa? bolot itu maksudnya sama2 budek apa sama2 kurang pintar?h atau sama2 lucu? yang terakhir aja deh ya haha
well, thanks alot yaaa uda jd pembaca setia fanfic2 ku yg geje setengah mati ^^

Anonim on: 4 Februari 2013 pukul 04.35 mengatakan... Balas

Uda kok. Kecukupan malah ^^ keren banget penggambaran si Captain Kim dama Hyunra. Hahhaa :D
sumpah deh, rasanya baca ini tuh kayak terbang melintasi bentangan samudera mendaki gunung himalaya *plak
keren deh pokoknya (y) Seneng gituu kalo liat Chaesoo-Jaera couple kumpul-kumpul. Berasa keluarga besar (?) hahahaha :D

{ sheila } on: 4 Februari 2013 pukul 06.39 mengatakan... Balas

@parkhyunra204: aku juga seneeeng. Kalo ada Jaera seakan Chaesoo nggak sendirian lg di dunia fana (?) ini XD Dongsoo jg lagi seneng ngusilin Boss Kim :P

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 I'm mostly tired., All rights reserved
Design by DZignine. Powered by Blogger