Jalani aja apa yang ada, kata mereka.Kadang aku mikir, ini baru anak alay beneran. Bingung nentuin mau masuk jurusan apa aja sampe nangis-nangis. Sampe rasanya kepala mau pecah.
But, don't you think that's just how it works?
Future is something you cannot define. Sometimes bright, other times it blurs. Bingung banget sama pendapat orang-orang di sekitarku tentang "masa depan" yang beda-beda.
Kata ayah: "Punya rencana itu nggak salah, tapi buat ngeshoot suatu pekerjaan, apa yang kamu pengen di masa depan itu belum saatnya. Contoh aja Mbak Melly (bukan Melly Goeslow lho), dia belajar di jurusan IPA, pengen jadi Psikolog. Ehhh, ternyata pas kuliah masuknya di jurusan
hukum. Sekarang hidupnya uda enak, jadi pengacara. Hal terpenting itu bukan sebesar apa kamu pengen jadi, tapi sebesar apa kerja kerasmu untuk bisa berhasil di bidang yang uda jadi nasibmu. Jalani, dan tetap kerja keras."
Well, that seems so right. Kamu nggak bisa liat apa yang ada di balik tikungan sampai kamu berjalan menyusuri tikungan itu, dan melihat apa yang ada di baliknya. Toh, pada akhirnya kamu harus menghadapi apa yang ada disana.
Tapi coba liat kata Bu Okta: "Mulai sekarang, kamu harus bener-bener punya rencana sama apa yang pengen kamu raih. Kamu harus yakin di situlah jalanmu. Kalo emang kamu cinta sama akuntansi, buat apa masuk jurusan IPA cuman gara-gara gengsi? Kejar bidangmu disana. Nggak selamanya anak IPA itu emas, dan anak IPS itu perak, atau anak Bahasa itu perunggu."
Dan selama ini, jujur, aku secara alami ngikutin apa yang Bu Okta omongin.
Cuman, ayah bilang, kalo kamu masuk IPA, peluang masa depan itu lebih besar. Kamu bisa masuk IPA di SMA, dan masuk jurusan IPA atau IPS di bangku kuliah. Tapi kalo kamu masuk IPS, kamu nggak akan bisa milih IPA saat kuliah, cuman IPS. Lagian, kalo emang niat masuk ke STAN, disana tempatnya anak-anak dari jurusan IPA.
Arrggh. Bingung.
Kalo mama? Mama adalah tipe orang yg percaya kebahagiaan itu bergantung sama nasib mereka yg berusaha. Mama selalu cerita, dulu di sekolah mama nggak terlalu pinter. Bukan jenis murid yang 'wow' banget. Tapi mama merasa lebih beruntung dari temannya yang selalu di atas rata-rata secara akademik. Karena sekarang ekonomi mama lebih mapan dari temannya itu, dan paling nggak bisa mengamalkan ilmunya sama orang lain. Ceilaah, mama gituuu~
Mungkin banyak yang mikir aku ini lebay. Gue kan anak muda, ngapain terlalu berat mikirin masa depan? Tapi buat aku, itu berarti banget. Jauh di dalam, aku tau aku anak anti-socializing, secara sosial lemah banget. Jadi, kenapa nambah kelemahanku lagi di bidang yang lain? Saat liat anak yang nggak terlalu pintar, namun sosialnya bagus, aku selalu ngehibur diriku sendiri dengan: "Udalah, liat aja masa depanmu nanti, nerdy. Berdoalah kamu lebih baik dari mereka, oke?" Dan kalo nanti secara akademikpun aku turun, maka aku uda 'mati' sekarang. Have no point at all.
Entahlah. Yang aku tau cuma aku harus berusaha. Dimanapun.
0 komentar:
Posting Komentar